halo... sudah lama saya gak muncul nih, mungkin karena gak sempet nulis semenjak kuliah
lah sudah kuliah? kok mau cerita tentang SMA? kenapa gak cerita tips memilih jurusan dan sebagainya? mungkin nanti saya bakal cerita, tapi kali ini saya akan bahas bagaimana cara memilih SMA dengan benar.
Sebenarnya lucu amat pembahasan saya kali ini, emang perlu ya pilih-pilih SMA. Hmm sebenarnya gak terlalu sih kalo kuliah mungkin. Tapi yakin deh, efeknya bakal dapet sampe kuliah kalo kalian milih SMA yang baik dan benar. Sip saya mulai cerita ya. Seperti biasa, karena saya gak mau identitas saya terungkap jadi saya pakai simbol aja ya hehe.
Diawali pada masa kelas 3 smp, saat-saat paling galau (walaupun menurut saya lebih galau ketika kelas 3 SMA) galau karena 2 hal, ujian nasional dan nentuin SMA. Saya gak bahas masalah ujian nasional karena bakal panjang banget ceritanya. Gini nih, kebetulan di kota saya itu SMA ada yang unggulan ada yang nggak. Orang pasti pengen banget kan masuk SMA yang unggulan, biar mudah masuk universitas *katanya. Kebetulan saat itu tes masuk SMA unggulan duluan dari SMA yang biasa. Jadi semua orang berbondong-bondong tes ke SMA unggulan itu. Saat itu baru ada 3 SMA unggulan, SMA A, SMA B, SMA C. Saya pengen banget masuk SMA C katanya disana unggul dalam konteks agama (kenyataannya unggul agama itu tergantung pada individu masing-masing). Pengen banget masuk situ, teman-teman juga pengen banget masuk sana sampai kalo gak salah yang tes di SMA C hampir 1000 orang ._. *katanya.
Keinginan untuk masuk SMA C saya utarakan ke orang tua,
Kamis, 11 September 2014
Sabtu, 12 Juli 2014
Indahnya Sedekah "Kisah Bapak Tua"
Akhirnya ilu kembali lagi! dikarenakan banyak kesibukan sehingga tidak memungkinkan ilu untuk berbagi kisah. Kali ini saya akan menceritakan kisah nyata, seorang bapak tua yang berkunjung ke rumah. Ini kisah saya sendiri, saya sampe berminggu-minggu berfikir dibuat kejadian ini :D entah kenapa. Berhubung saya gak mau menceritakannya secara gamblang, jadi saya memakai nama samaran saja.
Ketika sore itu saya sedang menjaga rumah sendirian. Orang tua saya sedang pergi , saya lupa pergi kemana. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu "tok! tok!" saya pun mengintip dari jendela. Seorang bapak tua yang berjalan pincang. "maaf nak, apa ini benar rumah ibu Fatimah? *ingat ini nama samaran " . benar refleksku menjawab. "ada ibunya?" tanyanya. "gak ada, bapak ada pesan apa?" bapak tua itu hanya diam dan berjalan pergi dengan kaki agak pincang.
Saya perhatikan dari jauh bapak tua itu, tetap berada dirumah saya. Waktu sudah mendekati maghrib. saya pun merasa takut, tapi saya cuek dan masuk ke dalam kamar. Jam menunjukkan pukul 6 sore. Waktu itu hujan deras, pikirku bapak tua itu sudah pergi karena saya melihat beliau meninggalkan rumah saya sebelum saya ke kamar. Kemudian rumah pun mati lampu! Rasa takut pun kembali diiringi dengan hujan yang deras.
Alhamdulillah aba saya pulang dan lampu masih mati. Saya mengintip dari jendela depan aba saya sedang berbicara dengan orang. Siapa? entah tak terpikirkan ternyata bapak tua yang tadi. Dia kembali lagi kerumah saya dan menunggu didepan rumah, dengan hujan yang deras. Tak menyangka, ah saya tega sekali membiarkannya sendirian diluar kedinginan. Kemudian aba saya mengetuk pintu dan masuk kerumah. Saya bertanya, "kenapa ba?" aba tak menjawab dan bergegas kekamar kemudian kembali lagi keluar menemui bapak tua itu.
Ketika aba saya masuk rumah,
Ketika sore itu saya sedang menjaga rumah sendirian. Orang tua saya sedang pergi , saya lupa pergi kemana. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu "tok! tok!" saya pun mengintip dari jendela. Seorang bapak tua yang berjalan pincang. "maaf nak, apa ini benar rumah ibu Fatimah? *ingat ini nama samaran " . benar refleksku menjawab. "ada ibunya?" tanyanya. "gak ada, bapak ada pesan apa?" bapak tua itu hanya diam dan berjalan pergi dengan kaki agak pincang.
Saya perhatikan dari jauh bapak tua itu, tetap berada dirumah saya. Waktu sudah mendekati maghrib. saya pun merasa takut, tapi saya cuek dan masuk ke dalam kamar. Jam menunjukkan pukul 6 sore. Waktu itu hujan deras, pikirku bapak tua itu sudah pergi karena saya melihat beliau meninggalkan rumah saya sebelum saya ke kamar. Kemudian rumah pun mati lampu! Rasa takut pun kembali diiringi dengan hujan yang deras.
Alhamdulillah aba saya pulang dan lampu masih mati. Saya mengintip dari jendela depan aba saya sedang berbicara dengan orang. Siapa? entah tak terpikirkan ternyata bapak tua yang tadi. Dia kembali lagi kerumah saya dan menunggu didepan rumah, dengan hujan yang deras. Tak menyangka, ah saya tega sekali membiarkannya sendirian diluar kedinginan. Kemudian aba saya mengetuk pintu dan masuk kerumah. Saya bertanya, "kenapa ba?" aba tak menjawab dan bergegas kekamar kemudian kembali lagi keluar menemui bapak tua itu.
Ketika aba saya masuk rumah,
Langganan:
Postingan (Atom)