Ketika sore itu saya sedang menjaga rumah sendirian. Orang tua saya sedang pergi , saya lupa pergi kemana. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu "tok! tok!" saya pun mengintip dari jendela. Seorang bapak tua yang berjalan pincang. "maaf nak, apa ini benar rumah ibu Fatimah? *ingat ini nama samaran " . benar refleksku menjawab. "ada ibunya?" tanyanya. "gak ada, bapak ada pesan apa?" bapak tua itu hanya diam dan berjalan pergi dengan kaki agak pincang.
Saya perhatikan dari jauh bapak tua itu, tetap berada dirumah saya. Waktu sudah mendekati maghrib. saya pun merasa takut, tapi saya cuek dan masuk ke dalam kamar. Jam menunjukkan pukul 6 sore. Waktu itu hujan deras, pikirku bapak tua itu sudah pergi karena saya melihat beliau meninggalkan rumah saya sebelum saya ke kamar. Kemudian rumah pun mati lampu! Rasa takut pun kembali diiringi dengan hujan yang deras.
Alhamdulillah aba saya pulang dan lampu masih mati. Saya mengintip dari jendela depan aba saya sedang berbicara dengan orang. Siapa? entah tak terpikirkan ternyata bapak tua yang tadi. Dia kembali lagi kerumah saya dan menunggu didepan rumah, dengan hujan yang deras. Tak menyangka, ah saya tega sekali membiarkannya sendirian diluar kedinginan. Kemudian aba saya mengetuk pintu dan masuk kerumah. Saya bertanya, "kenapa ba?" aba tak menjawab dan bergegas kekamar kemudian kembali lagi keluar menemui bapak tua itu.
Ketika aba saya masuk rumah,
saya langsung menembakkan puluhan pertanyaan kepada aba. "bapak itu gak punya kaki, dia berjalan pakai kaki palsu" saya langsung diam mendengar perkataan aba saya.
Ternyata bapak tua itu kenal dengan habib(kakek) saya yang sudah wafat, bapak tua itu mengatakan kalau kakek saya dulu lah yang memberikan kaki palsu itu kepadanya. Kaki palsu itu telah membantunya selama ini. Kini dia datang ingin meminjam sedikit uang. Bapak itu ingin kembali ke Jogja *seingat saya karena dia disini sendirian. Anaknya sedang kuliah di Mesir dan keluarganya ada di Jogja. Namun uangnya tak cukup sehingga dia kembali ingin meminjam uang sekaligus berterima kasih untuk kaki palsu itu.
Malamnya ibu saya pulang. Aba saya menceritakan kisah tadi. Lantas ibu saya menangis dan refleks saya ikut menangis. Ibu saya tidak tahu jika kakek saya pernah memberikan kaki palsu ke bapak tua itu. Malam itu kami sekeluarga merenung. Apa yang telah kami berikan, apa yang telah kami sedekahkan. Kakek saya yang 17 tahun lalu wafat masih dikenang oleh bapak itu.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
_____Sincerely_____

Tidak ada komentar:
Posting Komentar